Rabu, 30 Mei 2012

SLPHT MENJAWAB KERESAHAN PETANI


SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) merupakan program dalam rangka penanggulangan hama dan penyakit terutama pada tanaman padi secara terpadu. Selama ini petani sudah melaksanakan pencegahan dan pengobatan hama penyakit padi, tapi belum dilaksanakan secara terpadu. Kecenderungan petani melakukan secara individual, dan terkesan mengesampingkan keselarasan serta keramahan dengan lingkungan. Hal ini akan bedampak kurang efektifnya dalam penanggulangan hama penyakit.
Dengan berbagai macam merk obat dan cara aplikasi yang sudah pernah dilakukan, ternyata malah akan meninggalkan dampak yang tidak baik bagi tanaman maupun petani sendiri. Dosis obat yang tidak terkendali, aplikasi yang tidak tepat sasaran, tidak akan membuat hama penyakit berkurang tapi akan semakin membuat hama penyakit merajalela dan sulit dikendalikan.
Efek lain dari perilaku petani yang tidak ramah
lingkungan selama ini adalah semakin rusaknya ekosistem yang ada di sawah kita. Predator yang seharusnya berfungsi sebagai pengendali hama juga ikut hilang dari habitatnya. Laba-laba, belalang, jengkrik, kumbang coccinilic, kepinding air, capung jarum, yang merupakan sebagai predator wereng sudah sangat jarang kita jumpai. Diperparah dengan adanya perburuan ular dan burung hantu akan berdampak pada ledakan populasi tikus yang akhir-akhir ini sebagai momok hama yang sulit dikendalikan.
Sehingga dari sini akan menimbulkan keresahan tersendiri bagi petani. Tidak hanya resah akan tanamannya yang terserang hama penyakit, tapi juga resah akan efek samping berupa resistensinya pada tanaman dan residu pada produk panen petani. Selain itu juga kekurangefektifan pengobatan akan berdampak pada meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan petani.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian membuat program pengendalian hama penyakit secara terpadu. Melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu diharapkan petani kita akan semakin sadar tentang pentingnya keseimbangan ekosistem dalam praktek budidaya yang mereka lakukan. Prinsip dasar dari kegiatan ini adalah bagaimana menciptakan kembali keseimbangan organisme dilingkungan sawah kita.
Petani diajak belajar bagaimana mengendalikan hama penyakit tapi tidak merusak ingkungan. Mulai dari pengamatan di lahan untuk menganalisa penyakit, menentukan waktu pengobatan, memilih obat yang akan dipakai, dan bahkan belajar membuat pestisida nabati yang bisa digunakan. Penyemprotan hama penyakit tetap dilakukan tapi dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih ramah dengan lingkungan dan tidak akan berdampak pada kerusakan alam.   
Harapan kedepan dengan adanya program seperti ini akan kembalinya ekosistem di sawah kita yang selama ini hilang karena perilaku budidaya kita yang kurang memperhatikan lingkungan. Memang hasil maksimalnya belum bisa dalam satu atau dua musim tanam kedepan, bahkan satu atau dua tahun depan. Tapi paling tidak dari program ini kita sudah melangkah menuju arah yang benar dalam dunia pertanian kita. Pengobatan hama penyakit tanpa ikut memusnahkan predator yang bermanfaat bagi petani, tentu merupakan cara bertani yang lebih bijak dan arif. (Hari Widodo, S.Pt, 31 Mei 2012)

Tidak ada komentar: