Minggu, 30 Desember 2012

SLPTT PADI HIBRIDA



Berbicara tentang padi hibrida, tentu dalam pikiran kita akan terlintas tentang kehebatan produk-produk pertanian yang berlabel hibrida yang lain. Seperti jagung hibrida, cabai hibrida, tomat hibrida, melon hibrida dan lain sebagainya.
Namun sayang cerita padi hibrida tak seindah komoditi pertanian hibrida yang lain. Sudah bertahun-tahun petani kita menguji keberadaan padi hibrida dengan segudang harapan untuk dapat mendongkrak produksinya. Baik petani membeli sendiri dari kios pertanian, petani

diberi sample oleh produsen padi hibrida  atau  petani mendapatkan bantuan-bantuan dari pemerintah melalui program SLPTT maupun program yang lain.
Sebenarnya petani sangat antusias ketika mendengar pertama kali tentang kehebatan padi hibrida yang notabene bisa berproduksi hingga 10 ton per hektar. 
Dan kini setelah beribu-ribu petani kita menanam padi hibrida bahkan bukan hanya sekali tetapi berkali-kali mereka seakan jera dan trauma. Dari berbagai macam jenis padi hibrida yang telah mereka coba ternyata belum mendapatkan hasil yang maksimal.

Memang benar padi hibrida mempunyai kelebihan berpotensi produksi sangat tinggi , tetapi  memiliki bermacam-macam kelemahan seperti dibawah ini ?
1.     Banyak padi hibrida yang ditanam petani terserang hawar daun bakteri (kresek), hawar pelepah dan blast,dan juga rawan terhadap hama wereng,sundep/beluk.

2.    Padi hibrida membutuhkan pemupukan yang lebih banyak jika dibanding dengan varietas unggul lokal sehingga akan menambah biaya produksi bagi petani.

3.    Padi hibrida kurang memiliki adaptasi lingkungan yang tinggi, sehingga hanya spot-spot lokasi tertentu yang cocok untuk penanaman padi hibrida.

4.    Mempunyai bentuk tanaman yang tinggi dan besar sehingga akan mempersulit petani dalam perawatannya..
5.    Harga benih padi hibrida jauh lebih mahal jika dibanding dengan variatas unggul lokal yang hanya sekitar Ini akan membengkakkan pengeluaran petani.
6.    Memerlukan perawatan dan perhatian yang lebih hati-hati, sehingga akan menambah pengeluaran tenaga dan biaya bagi petani. Petani kita belum bisa menerima teknologi yang rumit-rumit  karena mengingat petani kita orang-orang
usia tua. 
(Endang Wita Rahayu)

Tidak ada komentar: